Minggu, 05 Juni 2011

Asuhan KEperawatan Jiwa Pada Klien Resiko Bunuh Diri

A. Latar Belakang
Beban yang ditimbulkan oleh gangguan jiwa sangat besar. Hasil studi Bank Dunia menunjukkan, Global Burden Of Disease akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,7%, lebih tinggi dari Tubercolosis (7,2%), Kanker (5,8%), Penyakit Jantung (4,4%) atau malaria (26%). Mengingat hal tersebut diamankan juga resiko tinggi bunuh diri yang biasanya muncul pada individu yang mengalami gangguan mood terutama depresi. Orang kulit putih memiliki resiko bunuh diri paling tinggi diantara semua kelompok budaya sebesar 72%, yang diikuti oleh penduduk Amerika asli, orang Amerika-Afrika, Amerika-Hispanik dan Amerika-Asia pada urutan selanjutnya. Individu yang berusia lebih dari 65 Tahun memiliki angka bunuh diri paling tinggi. Angka bunuh diri pada remaja meningkat mencapai angka yang mengkhawatirkan : bunuh diri saat ini merupakan penyebab kematian yang kedua dikalangan remaja. Waktu puncak bunuh diri yang lain adalah antara usia 30 sampai 40 Tahun (Maclntosh, 1992 dalam Videbeck, 2008).

Insiden bunuh diri lebih tinggi pada kelompok orang yang sangat kaya atau yang sangat miskin dari pada kelas menengah. Semakin besar tingkat keputusasaan tentang masa depan, semakin besar resiko bunuh diri. Individu yang masih sendiri memiliki resiko bunuh diri dua kali lebih besar daripada mereka yang menikah. Merek yang bercerai, menjada/dua, atau baru berpisah memiliki resiko lebih dari empat kali lipat daripada mereka mereka yang menikah. Wanita yang bercerai angka bunuh diri yang lebih rendah daripada pria yang bercerai. Wanita memiliki angka upaya bunuh diri yang lebih tinggi tetapi pria lebih berhasil dalam melaksanakan tindakan bunuh diri karena mereka menggunakan metode-metode yang lebih letal (mematikan). Wanita cenderung menggunakan pil tidur atau pisau cukur, sedangkan pria menembak atau menggantung diri mereka atau melompat dari tempat yang tinggi (Roy, 200) dalam (Vide Beck, 2008).

Dari insiden diatas kelompok tertarik untuk mengangkat Asuhan Keperawatan Jiwa dengan kasus Resiko Bunuh Diri sebagai salah satu penugasan Keperawatan jiwa I.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa (i) dapat memahami ASKEP Jiwa dengan Kasus Resiko Bunuh Diri secara mendetail




2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan mahasiswa (i) dapat memahami Konsep dasar
b. Diharapkan kepada mahasiswa (i) dapat menerapkan asuhan keperawatan
c. Diharapkan kepada mahasiswa (i) mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang menyeluruh.
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri (http://stikessarimuliabanjarmasin.blogspot.com/2010/04/bunuh-diri/html).

Menurut Keliat (1991) bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri ini dapat berupa keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Bunuh diri adalah tindakan untuk membunuh diri sendiri (Vide Beck, 2008).

Prilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan sebagai langsung dan tak langsung. Prilaku destruktif – diri langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama prilaku berjangka pendek. Prilaku destruktif – diri tak langsung termasuk tiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi kematian akibat perilakunya dan biadanya akan menyangkal apabila di konfrontasi. Durasi dari perilaku ini biasanya lebih lama daripada perilaku bunuh diri. Perilaku destruktif – diri tak langsung meliputi :
b. Merokok
c. Mengebut
d. Berjudi
e. Tindakan kriminal
f. Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi
g. Pwnyalahgunaan obat
h. Perilaku yang menyimpang secara sosial
i. Perilaku yang menimbulkan stres
j. Gangguan makan
k. Ketidakpatuhan pada tindakan medik.

Rentang respons protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respons paling adaptif, sementara prilaku destruktif-diri, pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan respon maladaptif.

RENTANG RESPONS PROTEKTIF – DIRI









2. Etiologi
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
b. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal / gagal melakukan hubungan yang berarti.
d. Perasaan marah / bermusuhan, bunuh diri dapat melakukan hubungan pada diri sendiri.
e. Cara untuk mengakhiri keputusan.
Faktor-faktor resiko bunuh diri
⇒ Psikososial dan Klinik
~ Keputusasaan
~ Ras kulit putih
~ Jenis kelamin laki-laki
~ Usia lebih tua
~ Hidup sendiri

⇒ Riwayat
~ Pernah mencoba bunuh diri
~ Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri
~ Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat

⇒ Diagnostik
~ Penyakit medik umum
~ Psikosis
~ Penyalahgunaan zat
3. Faktor Predisposisi
1). Diagnosa Psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan obat, dan skizofenia.

2). Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.

3). Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

4). Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk perilaku destruktif.

5). Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, opiatergik dan dopaminergik menjadi media proses yang menimbulkan prilaku destruktif – dini.

4. Patopsikologi
Semua perilaku bunuh diri adalah serius, apapun tujuannya. Dalam pengkajian perilaku bunuh diri, lebih ditekankan pada metoda lebalitas yang dilakukan atau digunakan. Walaupun semua ancaman dan percobaan bunuh diri harus ditanggapisecara serius, perhatian yang lebih waspada dan seksama menjadi indikasi jika seseorang mencoba bunuh diri dengan cara yang paling mematikan seperti dengan pistol, mengantungkan diri atau loncat.
Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori :
1). Ancaman bunuh diri
2). Upaya bunuh diri
3). Bunuh diri
Individu putus harapan menunjukkan perilaku yang tidak berdaya, putus asa, apatis, kehilangan, ragu-ragu, sedih, depresi serta yang paling berat adalah bunuh diri.




⇒ Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah karena merasa tidak mampu, seolah-olah koping yang bisa bermanfaat sudah tidak berguna lagi. Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.

⇒ Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-cita tidak tercapai.

⇒ Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Banyak teori yang menjelaskan tentang depresi dan semua sepakat keadaan depresi merupakan indikasi terjadi bunuh diri.

⇒ Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

⇒ Faktor resiko bunuh diri
Mengapa individu terdorong untuk bunuh diri?? Banyak pendapat tentang penyebab atau alasan bunuh diri, termasuk hal-hal berikut :
1. Kegagalan untuk adaptasi
2. Perasaan terisolasi
3. Perasaan marah dan bermusuhan
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan

5. Tanda dan Gejala
a. Petunjuk dan Gejala
~ Keputusasaan
~ Celaan terhadap diri sendiri perasaan gagal dan tidak berguna
~ Alam perasaan depresi
~ Agitrasi dan kegelisahan
~ Insomnia yang menetap
~ Penurunan BB
~ Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.



b. Petunjuk Psikiatrik
~ Upaya bunuh diri sebelumnya
~ Kelainan afektif
~ Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
~ Kelainan tindakan dan depresi mental pada remaja
~ Demensia dini/status kekacauan mental pada lansia

c. Riwayat Psikososial
~ Baru berpisah/bercerai, kehilangan
~ Hidup sendiri
~ Tidak bekerja, perubahan/kehilangan pekerjaan yang baru dialami

d. Faktor Kepribadian
~ Implisit, agresif, rasa bermusuhan
~ Kegiatan kognitif dan negatif
~ Keputusasaan
~ Harga diri rendah
~ Batasan/gangguan kepribadian antisosial

Pernyataan yang salah tentang bunuh diri
1). Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian dan tidak perlu dianggap serius.
2). Bunuh diri tidak memberi tanda.
3). Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri pada klien.
4). Kecenderungan bunuh diri adalah keturunan.

6. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan prilaku destruktif diri. Sering kali orang ini secara sadar memilih untuk bunuh diri. Kualitas hidup menjadi isu yang mengesampingkan kuantitas hidup.

7. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan prilaku destruktif diti tak langsung adalah :
1). Dedinial
2). Rasionalisasi
3). Intelektualisasi
4). Regresi (Stuart, 1998).


B. Asuhan Keperawatan Tingkah Laku Bunuh Diri
Asuhan keperawatan tingkah laku bunuh diri difokuskan pada pencegahan bunuh diri. Pencegahan dapat dicapai karena semua individu yang ingin bunuh diri ambivalen terhadap hidup dan tidak ada yang 100% ingin mati.

1. Pengkajian
Pengkajian tingkah laku bunuh diri termasuk aplikasi observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk mengetahui tanda spesifik, rencana yang spesifik.

Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menetukan tingkat resiko dari tingkah laku bunuh diri.

Tabel Pengkajian Tingkat Resiko Bunuh Diri

Perilaku atau Gejala Intensitas Resiko
Rendah Sedang Tinggi
1. Cemas

2. Depresi

3. Isofasi Menarik diri



4. Fungsi sehari-hari


5. Strategi koping

6. Orang penting atau dekat

7. Pelayanan Psikiatri yang lalu

8. Pola Hidup

9. Pemakaian alkohol atau obat

10. Percobaan Bunuh diri sebelumnya

11. Disorentasi atau disorganisasi

12. Bermusuhan

13. Rencana bunuh diri Rendah

Rendah

Perasaan depresi yang samar, tidak menarik diri


Umumnya baik pada semua aktivitas

Umumnya kons-truktif

Beberapa


Tidak, sikap positif



Stabil

Tidak sering



Tidak, atau yang tidak fatal


Tidak ada



Tidak atau sedikit

Samar-samar, kadang ada fikiran tidak ada rencana Sedang

Sedang

Perasaan tidak berdaya, putus asa, menarik diri


Baik pada beberapa aktivitas


Sebagian konstruktif

Sedikit atau hanya satu

Ya, umumnya memuaskan


Sedang

Sering



Dari tidak sampai dengan cara yang agak fatal

Sedikit



Beberapa

Sering didifikirkan kadang-kadang ada ide untuk merencanakan Tinggi atau panik

Berat

Putus asa, tidak berdaya menarik diri, protes pada diri sendiri.

Tidak baik pada semua aktivitas


Sebagian besar destruktif

Tidak ada


Bersikap negatif terhadap pertolongan

Labil

Terus menerus



Dari tidak sampai berbagai cara yang fatal

Jelas atau ada



Jelas atau ada

Sering dan konstans difikirkan sama dengan rencana cara yang spesifik.

2. Diagnosa Keperawatan
1). Resiko bunuh diri berhubungan dngan keadaan krisis yang tiba-tiba
2). Resiko bunuh diri berhubungan dengan ketidakmampuan menangani stres dan perasaan bersalah
3). Resiko bunuh diri berhubungan dengan alam perasaan depresi
4). Koping yang tak efektif berhubungan dengan keinginan bunuh diri sebagai pemecahan pemasalahan
5). Isolasi sosial berhubungan dengan usia lanjut dan fungsi tubuh yang turun
6). Gangguan konsep diri : perasaan tidak berharga berhubungan dengan kegagalan.

3. Perencanaan
1). Diagnosa : Resiko Bunuh diri berhubungan dengan keadaan krisis yang tiba-tiba.
⇒ Tujuan jangka panjang :
Klien tidak melukai / membunuh diri
⇒ Tujuan jangka pendek :
1. Klien tetap aman dan selamat
2. Klien berperan serta dalam mengontrol prilaku
⇒ Intervensi
1. Temani klien terus-menerus sampai ia dapat dipindahkan ketempat yang aman.
2. Mendapatkan orang dapat segera membawa klien kerumah sakit untuk penkajian lebih lanjut.
3. Menjauhkan semua benda yang berbahaya.
4. Cek keberadaan klien setiap 10-15 menit dengan observasi yang tidak teratur.
5. Dengan lembut jelaskan pada klien bahwa saudara akan melindungi sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
6. Yakin bahwa klien menelan obatnya.




2). Diagnosa : Resiko bunuh diri berhubungan dengan ketidakmampuan menangani stres dan permasalahan
⇒ Tujuan jangka panjang :
Klien dapat mengontrol tingkah laku bunuh diri
⇒ Tujuan jangka pendek :
1. Klien terlindungi dari merusak diri sendiri
2. Klien dapat mengungkapkan dan menerima perasaannya.
3. Klien dapat mengidentifikasi dan mengembangkan koping yang sehat.
⇒ Intervensi :
1. Tentukan tingkat intensitas bunuh diri klien :
a. Menggali perasaan bunuh diri sebelumnya.
b. Mengidentifikasi ide, pikiran, rencana bunuh diri.
2. Lakukan tindakan perlindungan (pencegahan) bunuh diri :
a. Ciptakan lingkungan yang aman
b. Observasi perilaku klien
3. Terangkan semua tindakan pada klien
4. Lakukan kontak tentang penanganan bunuh diri dengan klien dan lokasi staf jika ide, dan atau rencana bunuh diri datang.
5. Lakukan pendekatan individu (perorangan) untuk mendorong klien menyadari, mengungkapkan dan menerima perasaannya.
6. Kuatkan koping yang sehat
7. Gali dan kemangkan koping yang baru
8. Diskusikan alternatif pemecahan selain bunuh diri.

3). Diagnosa : Resiko Bunuh diri berhubungan dengan alam perasaan depresi
⇒ Tujuan jangka panjang :
1. Mengembangkan konsep diri yang lebih realistik dan positif
2. Membina hubungan yang berguna dengan orang yang berarti
⇒ Tujuan jangka pendek :
1. Terlindungi dari merusak diri sampai klien bertanggung jawab atas dirinya.
2. Mengekspresikan marah yang konstruktif.
3. Memenuhi kebutuhan fisik.
4. Berperan serta dalam aktivitas.
⇒ Intervensi :
1. Beritahukan tindakan pengawasan yang dilakukan
2. Dorong klien untuk berpartisipasi mengevaluasi tingkat kontrol yang diperlukan.
3. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah
4. Sertakan klien dalam kelompok latihan asertif
5. Terima perasaan marah klien.
6. Diskusikan cara marah yang sehat.
7. Dorong klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari :
a. Kebersihan dan penampilan diri
b. Makan yang cukup
c. Tidur cukup
d. Hubungan sosial yang intim
e. Peran serta aktivitas di bangsal.

4). Diagnosa : koping tak efektif berhubungan dengan keinginan bunuh diri sebagai pemecahan masalah
⇒ Tujuan jangka panjang :
1. Klien menggunakan koping konstruktif dalam pemecahan masalah.
⇒ Tujuan jangka pendek :
1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya
2. Klien belajar pendekatan pemecahan masalah
3. Klien menggunakan koping yang konstruktif.
⇒ Intervensi :
1. Dengarkan dengan penuh perhatian dan serius pada semua pembicaraan tentang bunuh diri.
2. Jangan bicara diluar bunuh diri.
3. Pakai pendekatan pemecahan masalah untuk memecahkan keinginan bunuh diri :
a. Dorong klien meneliti alasan untuk hidup dan mati
b. Dorong klien menguraikan tujuan yang ingin dicapai
c. Mengingatkan bahwa bunuh diri hanya satu dari banyak alternatif.
d. Diskusikan kemungkinan akibat dari bunuh diri
e. Diskusikan kemungkinan hasil dan alternatif lain.
4. Kuatkan koping klien yang sehat :
a. Bantu klien menggali koping yang maladaptif
b. Identifikasikan alternatif koping yang lain
c. Beri pujian atau pengakuan atas perilaku koping yang sehat.

5). Diagnosa : Isolasi sosial berhubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun.
⇒ Tujuan jangka panjang :
1. Mempertahankan hubungan sosial dengan orang lain.
⇒ Tujuan jangka pendek :
1. Membina hubungan dengan perawat dan klien dibangsal
2. Menerima dukungan dari keluarga dan sistem sosial lain dimasyarakat.
⇒ Intervensi :
1. Memperlihatkan penerimaan, minat dan perhatian.
2. Beri kesempatan pada klien untuk kontak mata dengan orang lain untuk waktu singkat.
3. Kaji respon klien pada hubungan individual dan tingkatkan peran serta dalam aktivitas kelompok.
4. Kaji sistem pendukung yang tersedia.
5. Bantu orang yang dekat berkomunikasi dengan klien
6. Tingkatkan hubungan yang sehat dalam keluarga
7. Lakukan rujukan pada sumber dimasyarakat.

6). Diagnosa : Gangguan konsep diri ; Perasaan tidka berharga berhubungan dengan kegagalan.
⇒ Tujuan jangka panjang :
1. Menerima dirinya dan mempunyai harga diri
⇒ Tujuan jangka pendek :
1. Mengungkapkan perasaannya.
2. Mengidentifikasi hal positif dari dirinya.
3. Mendemostrasikan kemampuannya.
⇒ Intervensi :
1. Terima klien seadanya.
2. Perlihatkan sikap yang memprihatikan.
3. Dorong untuk mengungkapkan perasaan.
4. Tekankan dan refleksikan hal positif yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan pekerjaan yang disukai dan dapat ia lakukan.
6. Beri pujian pada pencapaian dan hindari tindakan perilaku yang negatif.

4. Tindakan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, perawat perlu memualidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhan saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh tetap dilaksanakan.
5. Evaluasi :
1). Ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri klien telah berkurang dalam sifat, jumlah asal dan waktu.
2). Klien menggunakan koping yang adaptif.
3). Klien terlibat dalam aktivitas peningkatan diri.
4). Perilaku klien menunjukkan kepeduliannya terhadap kesehatan fisik, psikologi dan kesejahteraan sosial.
5). Sumber koping klien telah cukup dikaji dan dikerahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar