Minggu, 05 Juni 2011

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS SOLUTIO PLACENTA

BAB I
PENDAHULUAN


Metty Masnizar
Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan
Anggkatan ke VIII

A. Latar Belakang
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implementasinya sebelum janin lahir (F. Gary Cunningham, 2005).

Nama lain dari Solutio Plasenta adalah Abrupsio Plasenta, Abisio Plsenta, Accidental Hoemorarrhge, Premature Saparation Of The Normally Implanted Placenta.

Solutio Plasenta yang secara klinis jelas terdapat pada 0,5 – 1% dari semua kehamilan. Solutio Plasenta sering disertai oleh keadaan yang menyebabkan Insufiensi Uteroplasenter Kronik seperti hipertensi, merokok trauma atau menggunakan kokai, juga sering disertai oleh plasenta Preria Marginalis. Solutio Plasenta yang cukup berat sehingga bisa mematikan janin terjadi I dalam 500 kehamilan. Diagnosis ditegakkan apabila pada pemeriksanan Ultrasonografi tidak terdapat Plasenta Previa (WilliamF. Rayburn, 2001).

Pada sebagian besar laporan, angka kematian perinatal akibat Solutio Plasenta adalah sekitar 25%. Pada sebuah studi besar di Swedia oleh Karegard dan Gennser (1986) yang disebut diatas, angkanya adalah 20% Krohn dkk, (1987). Melaporkan bahwa angka kematian perinatal adalah 20% dari 844 kehamilan dengan penyulit Solutio Plasenta. Di Washington State Ananth dkk (1999) meneliti bahwa 530 wanita dengan Solutio Plasenta di Mt Sinai Hospital di New York dan melaporkan bahwa 40% melahirkan kurang bulan.

Ketika angka kelahiran mati akibat kausa lain telah berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat Solutio Plasenta menjadi lebih menonjol, sebagai contoh dari semua bayi lahir mati Trimester ke-3 leih dari 40.000 pelahiran di Parkland Hospital selama tahun 1992 sampai 1994, 12% terjadi akibat Solutio Plasenta (Cunningham dan Hollier, 1997) frekwensi ini sama dengan yang dilaporkan oleh Fretts dan Usher (1997)yang meneliti hampir 62.000 kelahiran di Royal Victoria Hospital d Montreal antara tahun 1978 dan 1995 Solutio Plasenta telah menjadi penyebab tersering dan menyebabkan sekitar 15% bayi lahir meninggal.

Yang terpenting bahkan, apabila janinnya selamat, masih mungkin terjadi sekuele simpang dari 182 bayi yang selamat dalam penelitian oleh Abdella dkk (1984). 25 (14%) diantaranya teridentifikasi mengalami defisit neurologis yang signifikan dalam tahun pertama kehidupan.

Berdasarkan insidens diatas kelompok sangat tertarik untuk membahas dan mempelajari askep Solutio Plasenta, sehingga akan meningkatkan pemahaman kita semua khususnya kelompok.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mendapat wawasan, menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman nyata dalam meberikan askep pada pasien Solutio Plasenta dilapangan.

2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu :
a. Menyebutkan tentang definisi Solutio Plasenta
b. Menjelaskan tentang etiologi Solutio Plasenta
c. Menjelaskan patofisologi Solutio Plasenta
d. Menjelaskan tentang manifestasi klinis Solutio Plasenta
e. Menjelaskan tentang komplikasi Solutio Plasenta
f. Menjelaskan askep Solutio Plasenta serta mampu menerapkan dilapangan.









BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implementasinya sebelum janin lahir (Cunningham, 2005)

Abrupsio Plasenta (pelepasan plasenta prematur) didefinisikan sebagai lepasnya plasenta yang tertanam normal dari dinding uterus baik lengkap maupun parsial pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih (Ben – Zion Tabe, 1994).

Abrupsio Plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat tertanamnya, sebelum waktunya (Helen, 2006).

Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia diatas 28 minggu (Arief Mansjoer, 2001).

Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada kospus uteri sebelum janin lahir (Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro, 1992).

Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala III (Dr. Chrisdiono M. Achadiat,Sp, 2003).

Solutio Plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (Obstetri dan Ginekologi, FKU Padjajaran Bandung, 1984).

B. Etiologi
Faktor penyebabnya belum diketahui, tetapi kondisi abrupsio plasenta dapat dikaitkan dengan hal-hal berikut :
1. Tekanan darah tinggi pada ibu
2. Usia ibu atau paritas cukup tinggi
3. Perokok
4. Gizi buruk
5. Korioamnionitis
6. Trauma tumpul pada abdomen ibu
7. Riwayat absupsio plasenta terdahulu
8. Peningkatan dan ukuran uteri secara mendadak (misal, bila terjadi pecah ketuban akibat polihidramnion atau diantara persalinan pada kehamilan kembar).
9. Versi kepala luar
10. Pengguna kokain terutama jenis crack.
C. Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang mebentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah anatara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanyapun tidak jelas kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehiam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karna otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplsenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus sebagian darah akan menyelundup dibawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk kedalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi diantara serabut-serabut diotot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Jal ini disebut uterus couvelaire, menurut orang yang pertama kali menemukannya uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk kedalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya diuterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pemberian intravaskule. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal dan nasib janin, makin lama sejak terjadinya Solutio Plasenta sampai selesai, makin hebat umumnya komplikasi.

D. Manifestasi Klinis
1. Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri diperut yang terus-menerus, warna darah merah kehitaman.
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul dibelakang plasenta hingga rahim teregang (uterus embosis, Wooden uterus).
3. Palpasi janin sulit karena rahim keras.
4. Fundus uteri makin lama makin naik.
5. Auskultasi DJJ sering negatif.
6. KU pasien lebih buruk dari jumlah darah yang keluar.
7. Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)
8. Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan.

E. Pembagian Solutio Plasenta
Solutio Plsenta dibagi menjadi 3 :
a. Solutio Plsenta ringan
 Tanpa rasa sakit
 Pendarahan kurang dari 500 cc warna akan kehitam-hitaman
 Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
 Fibrinogen diatas 250 mg %

b. Solutio Plsenta sedang
 Bagian janin masih teraba
 Perdarahan antara 500-100 cc
 Terjadi fetal distress
 Plasenta lepas kurang 1/3 bagian

c. Solutio Plsenta berat
 Abdomen nyeri, palpasi janin sukar
 Janin telah meninggal

F. Komplikasi Solutio Plsenta
1. Perdarahan dan Syok
2. Hypofibrinogenaomi
3. Apoplexi Uteroplasentair (Uterus Couvelaire)
4. Gangguan foal ginjal

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu protrombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen, gen elektrolit plasenta, CBC, CT, BT, elektrolit (bila perlu).
2. Keadaan janin kardiootokografi, Doppler, laennec.
3. USG menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin secara keseluruhan.


H. Penatalaksanaan Solutio Plsenta
a. Konservatif
 Hanya untuk Solutio Plsenta derjat ringan dan janin masih belum cukup bulan, apalagi jika janin telah meninggal.
 Transfusi darah (1 x 24 jam) bila anemia (HB kurang dari 10,0%)
 Apabila ketuban telah pecah, dipacu dengan oksitosin 10IU dalam larutan saline 500 cc, kemudian ditunggu sampai lahir pervaginam.
 Bila 1 botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi dan ditunggu sampai lahir. Dengan langkah ini biasanya sebagian besar kasus dapat diselesaikan dengan baik (90%) sedangkan bagi yang gagal dapat dilakukan SC emergency.

b. Pengobatan
1. Umum
 Pemberian darah yang cukup
 Pemberian 02
 Pemberian antibiotik
 Pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi.
2. Khusus
a. Terhadap hypofibrinogenaemi
 Substansi dengan human fibrinogen 10 g atau darah segar.
 Menghentikna fibrinolyse dengan trsylol (proteinase inhibitor) 200.000 S. IV selanjutnya kalau perlu 100.000 s/jam dalam infus.
b. Untuk meransang diurese : mannit monnitol diurese yang baik lebih dari 30 – 40 cc/jam.
Pada Solutio Plsenta darah dari tempat pelepasan, mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim dan pada akhirnya keluar dari serviks. Terjadilah pendarahan keluar atau pendarahan tampak.
Kadang darah tidak keluar tetapi berkumpul dibelakang plasenta membentuk hematom retroplsentair. Pendarahan ini disebut pendarahan kedalam atau pendarahan tersembunyi.
Pendarahan juga dapat terjadi keluar tetapi sebagian masuk kedalam ruang amnion, terjadilah perdarahan keluar dan tersembunyi.
c. Perbedaan Solutio Plsenta dengan pendarahan tersembunyi dan pendarahan keluar :
 Pendarahan tersembunyi
 Pelepasan biasanya komplit
 Sering disertai toksemia
 Hanya merupakan 20% dari Solutio Plsenta
 Pendarahan keluar
 Biasanya inkomplit
 Jarang disertai toksemia
 Merupakan 80% dari Solutio Plsenta
d. Perbedaan Solutio Plsenta dengan Plasenta Previa
 Solutio Plsenta
 Pendarahan dengan nyeri
 Pendarahan segera disusul partus
 Pendarahan keluar hanya sedikit
 Palpasi sukar
 Bunyi jantung anak biasanya tidak ada
 Pada toucher tidak teraba plasenta tapi ketuban yang terus menerus tegang.
 Ada impresi pada jaringan plsenta karena hematom.
 Plasenta Previa
 Pendarahan tanpa nyeri
 Pendarahan berulang-ulang sebelum partus
 Pendarahan keluar banyak
 Bagian depan tinggi
 Biasanya ada bunyi jantung
 Teraba jaringan plasenta
 Robekan selaput marginal
3. Obstetris
Pimpinan persalinan pada Solutio Plsenta bertujuan untuk mempercepat persalinan sedapat-dapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam.
Alasan ialah :
 Bagian yang terlepas meluas
 Pendarahan bertambah
 Hypofibrinogenaemi menjelma dan bertambah
Tujuan ini dicapai dengan :
a. Pemecahan ketuban
b. Pemberian infus pitocin ialah 5 c dalam 500 cc glukosa 5%.
c. SC
d. Hysterektomi



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SOLUTIO PLASENTA


Solutio Plasenta merupakan pelepasan prematur terjadi selama trisemester ketiga biasanya selama persalinan (Doengoes, 2001).

1. Pengkajian
a. Sirkulasi : Hipertensi (faktor pencetus) pendarahan, bila ada, mungkin berwarna gelap atau terang, mungkin tersembunyi.
b. Makanan / cairan : Abdomen keras, seperti papan, uterus tegang dengan pembesaran simetris atau asimetris.
c. Nyeri / ketidaknyamanan : Dapat mengalami nyeri dengan hemoragi retroplasenta, nyeri tekan nyata atau berat secara umum, atau nyeri lokal, nyeri punggung bawah.
d. Seksualitas : Peninggian fundus uterus, relaksasi diantara kontraksi menurun secara progresif janin hiperaktif, DJJ mungkin DBN atau dapat menunjukkan bradikardia atau takikardia.

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1). Kekurangan volume cairan berdasarkan dengan kehilangan vaskular berlebihan ditandai dengan hipotensi, peningkatan frekwensi nadi, penurunan tekanan nadi, urin menurun / terkonsentasi, penurunan pengisian vena, perubahan mental.
KH :
 Klien akan mendemonstrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.

Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Evaluasi, laporkan dan catat jumlah serta sifat kehilangan darah, lakukan penghitungan pembalut, timbang pem-balut/pengalas.
Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa setiap gram pening-katan berat pembalut sama dengan kehi-langan kira-kira 1 ml darah.
2. Lakukan tirah baring, instruksikan klien untuk menghindari valsava anu-ver dan koltus. Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme (yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan.


3. Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau po-sisi semi-fowler pada plasenta previa, hindari posisi trendelenburg. Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul meng-hindari kompresi vena kava, posisi semi – fowler memungkinkan janin bertindak sebagai tampan. Posisi trendelenburg dapat menurunkan keadaan pernafasan ibu.

4. Catat tanda-tanda vital pengisian ka-piler pada dasar kuku, warna membran mukosa/kulit, dan suhu ukur tekanan vena sentral bila ada.
Membantu menentukan beratnya kehilang-an darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah (TD) dan nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi dan / atau terjadinya syok. Juga pantau keadekukatan pengagantian cairan.

Kolaborasi
5. Dapatkan atau tinjau ulang pemeriksa-an darah cepat : HDL, jenis dan pen-cocokan silang, titer Rn, kadar fibri-nogen, hitung trombosit, APTT, PT dan kadar HCG Menetukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi mengenai penyebab. Ht harus dipertahankan diatas 30% untuk mendukung transpor oksigen dan nutrien.

6. Siapkan untuk kelahiran sesaria bila ada diagnosa berikut : abrupsi plasenta berat bila janin hidup dan persalinan tidak terjadi. KID, atau plasenta previa bila janin matur, kelahiran vagina ti-dak mungkin, dan perdarahan berle-bihan atau tidak teratasi dengan tirah baring
Hemoragi berhenti bila plsenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.
7. Berikan larutan intravena, expander plasma, darah lengkap, atau sel-sel keemasan, sesuai indikasi. Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.

2). Perubahan perfusi jaringan uteroplasenta berdasarkan dengan hipovolemia ditandai dengan perubahan denyut jantung janin (DJJ) dan / atau aktivitas.
KH :
 Klien akan mendemosntrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres rekatif (NST).

Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume darah. Kejadian pendarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan menyebab-kan hipovolemia atau hipoksia uteropla-senta.

2. Catat kehilangan darah ibu mungkin dan adanya kontraksi uterus. Bila kontraksi uterus disertai dilatasi ser-viks, tirah barinng dan medikasi mungkin tidak efektif dalam mempertahankan ke-hamilan, kehilangan darah ibu secara berle-bihan menurunkan perfusi plasenta.

3. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri. Menghilangkan tekanan pada vena cava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasen-ta/janin dan pertukaran oksigen.

Kolaborasi
4. Berikan suplemen oksigen pada klien. Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.

5. Lakukan/ulang NST sesuai indikasi. Mengevaluasi secara elektronik respons DJJ terhadap gerakan janin bermanfaat da-lam menentukan kesejahteraan janin (tes reaktif) versus hipoksia (non relatif).

6. Ganti kehilangan darah/cairan ibu. Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transpor oksigen. Hemoragi maternal mempengaruhi transfer oksigen uteroplasenta secara negatif, menimbulkan kemungkinan kehilangan kehamilan atau memburuknya status janin bila penyim-pangan oksigen menetap. Janin kehabisan tenaga untuk melakukan mekanisme ko-ping, dan kemungkinan ssp rusak/janin me-ninggal.

3). Ketakutan berdasarkan dengan acaman kematian pada diri sendiri, janin ditandai dengan pengungkapan masalah khusus, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.
KH :
 Klien akan mendiskusikan ketakutan mengenai diri, janin dan masa depan kehamilan, mengenali ketakutan yang sehat dan tidak sehat.
 Klien akan mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat.
 Klien akan mendemonstrasikan pemecahan masalah dan penggunaan sumber-sumber secara efektif.
 Klien akan melaporkan/menunjukkan berkurangnya ketakutan dan/atau prilaku yang menunjukkan ketakutan.

Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
2. Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif. Meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada klien untuk mengembangkan solusi sendiri.

3. Berikan informasi dalam bentuk ver-bal dan tertulis, dan beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan, jawab pertanyaan dengan jujur. Pengetahuan akan membantu klien meng-atasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi tertulis nantinya me-mungkinkan klien untuk meninjau ulang in-formasi karena akibat tingkat stres, klien tidak dapat mengasimilasi informasi jawa-ban yang jujur dapat meningkatkan pema-haman dengan lebih baik serta menurunkan rasa sakit.

4. Libatkan klien dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan seba-nyak mungkin. Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi dapat menurunkan rasa takut.

5. Jelaskan prosedur dan anti gejala-gejala. Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi.

4). Resiko tinggi terhadap cedera ibu faktor resiko dapat meliputi Hipoksia jaringan/organ, profil darah abnormal, kerusakan sistem imun ditandai dengan (tidak dapat diterapkan adanya tanda/gejala untuk menegakkan diagnosa aktual).
KH :
 Klien akan tetap afebris
 Klien akan menunjukkan profil darah dengan hitung SDP, Hb dan pemeriksaan koagulasi DBN normal.
 Klien akan mempertahankan haluaran urin yang tepat untuk situasi individu.

Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau tanda / gejala syok. (rujuk pada DK : kekurangan volume cairan (Kehilang-an aktif). Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibat-kan infeksi pascapartum / anemia pascapar-tum KID, gagal ginjal atau nekrosis hipofi-sis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisis

2. Cata masukan / haluaran urin catat be-rat jenis urin. Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan haluaran urin, lobus anterior hi-pofisis, yang membesar selama kehamilan, bila terjadi hemoragi beresiko terhadap sindrom sheehan.

3. Pantau respons merugikan pada pem-berian produk darah, seperti alergi atau reaksi hemolisis atasi per pro-tokol.
Pengenalan dan intervensi dini dapat men-cegah situasi yang mengancam hidup.
4. Periksa ptekie atau perdarahan dari gusi atau sisi intravena pada klien. Menandakan perbedaan atau perubahan pada koagulasi.

5. Berikan informasi tentang resiko pe-nerimaan produk darah. Komplikasi seperti hepatitis dan HIV/AIDS dapat tidak bermanifestasi selama perawat-
an dirumah sakit, tetapi mungkin memer-lukan tindakan pada hari-hari berikutnya.
Kolaborasi
6. Dapatkan golongan darah dan penco-cokan silang. Meyakinkan bahwa produk yang tepat akan tersedia bila diperlukan penggantian darah.

7. Berikan penggantian cairan Mempertahankan volume sirkulasi untuk mengatasi kehilangan cairan / syok.

8. Pantau pemeriksaan koagulasi (mis, APTT, jumlah trombosit, kadar fibri-nogen, FSP / FDP). KID dengan disertai penurunan kadar fibrinogen dan terjadinya FSP dapat terjadi sebagai respon terhadap pelepasan trom-boplastin dari jaringan plasenta dan / atau janin mati. Agar terjadi pembentukan be-kuan, kadar fibrinogen harus kurang dari 100 mg/dl.

9. Berikan kriopresipitat dan plasma be-ku segar sesuai indikasi. Hindari pem-berian trombosit bila konsumsi masih terjadi (mis, bila kadar trombosit turun). Kriopresipitat menggantikan faktor-faktor pembekuan pada klien dengan KID. Pem-berian trombosit selama masih dikonsumsi adalah kontroversial, karena ini dapat memperlama siklus pembekuan, meng-akibatkan reduksi lanjut dari faktor-faktor pembekuan dan meningkatkan kongesti serta stasis vena.

10. Berikan heparin, bila diindikasikan Heparin dapat digunakan pada KID dikasus kematian janin atau kematian satu janin pa-da kehamilan multipel, atau untuk mem-blok siklus pembekuan dengan melindungi faktor-faktor pembekuan dan menurunkan hemoragisampai terjadi perbaikan pembe-dahan.

11. Berikan antibiotik secara parentral. Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi.

5). Nyeri berdasarkan dengan kontraksi otot / dilatasi serviks, trauma jaringan (ruptur tuba falopi) ditandai dengan melaporkan nyeri, perilaku distraksi, respon otonomik (perubahan pada nadi / TD).
KH :
 Klien akan melaporkan nyeri / ketidaknyamanan hilang atau terkontrol.
 Klien akan mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi / aktivitas hiburan.

Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Tentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri kaji kontraksi uterus, hemoragi retro-plasenta atau nyeri tekan abdomen. Membantu dalam mendiagnosa dan memi-lih tindakan ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatidosa karena kontraksi uterus, yang mungkin di-perberat oleh infus oksitosin. Ruptur keha-milan ektopik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat tubafalo-pi ruptur kedalam rongga abdomen. Abrup-si plasenta disertai dengan nyeri berat, khu-susnya bila terjadi hemoragi retroplasma tersembunyi.

2. Kaji stres psikologis klien / pasangan dan respon emosional terhadap ke-jadian. Ansietas sebagai respon terhadap siatuasi darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan karena sindrome ketagangan – takut nyeri.

Kolaborasi
3. Berikan narkotik atau sedatif, berikan obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan dindikasikan.
Meningkatkan kenyamanan, menurunkan resiko komplikasi pembedahan.
4. Siapkan untuk prosedur bedah, bila diindikasikan. Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.

6). Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berdasarkan dengan penggantian kehilangan cairan berlebihan / cepat ditandai dengan tidak dapat diterapkan adanya tan/gejala untuk menegakkan diagnosa aktual.
KH :
 Klien akan menunjukkan TD, nadi, berat jenis urin, dan tanda-tanda neurologis DBN, tanpa kesulitan pernafasan.

Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Pantau adanya peningkatan TD dan nadi catat tanda-tanda pernafasan seperti dispnea, krekels, atau ronki. Bila penggantian cairan berlebihan, gejala beban kerja sirkulasi berlebihan dan kesuliatan pernafasan dapat terjadi. Selain itu, klien denngan abrupsi plasenta yang sudah hipertensi, beresiko terhadap manifestasi respon negatif penggantian cairan, seperti pada klien dengan gangguan fungsi jantung.

2. Pantau dengan cermat kecepatan infus secara mnual atau secara elektrik, catat masukan / haluaran. Ukur berat jenis urin. Masukan dan haluaran harus kira-kira sama dengan volume sirkulasi stabil. Haluaran urin meningkat dan berat jenis menurun bila perfusi ginjal dan volume sirkulasi kembali normal.

3. Kaji status neurologis, perhatikan prilaku atau peningkatan kepekaan. Perubahan prilaku dapat menjadi tanda awal dari edema serebral karena retensi cairan.

Kolaborasi
4. Kaji kadar Ht Kadar Ht dapat menandakan jumlah ke-hilangan darah dan dapat digunakan untuk menetukan kebutuhan dan keadekuatan penggantian.

BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir, diberi beragam sebutan, yaitu placental arubtion, Arubtio plasenta, dan di Ingris Accidental Hemorrhage (perdarahan tak disengaja) ( Cunningham, 2005).

Plasenta yang terlepas semuanya disebut Solutio Plasenta totalis. Plasenta yang terlepas sebagian disebut Solutio Plasenta Parsial. Plasenta yang terlepas hanya sebagian kecil pinggiran plasenta disebut Ruptura Sinus marginalis.

Solutio Plsenta dibagi menjadi 3 :
a. Solutio Plsenta ringan
b. Solutio Plsenta sedang
c. Solutio Plsenta berat

Komplikasi Solutio Plsenta :
1. Perdarahan dan Syok
2. Hypofibrinogenaomi
3. Apoplexi Uteroplasentair (Uterus Couvelaire)
4. Gangguan foal ginjal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar